Meraih Cinta dan Cita-Cita: Pesan Gus Rifqil dan Ning Imaz di Kyushu Bersholawat Akbar
Majelis Wakil Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (MWCINU) Fukuoka menyelenggarakan acara “Kyushu Bersholawat Akbar” di Chikushino City Lifelong Learning Center pada Ahad, 17 November 2024 dengan menghadirkan dua tokoh inspiratif, Ning Imaz Fathimatuz Zahro, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Lirboyo, dan suaminya Gus Rifqil Muslim Suyuthi. Turut hadir pula Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang, Achmad Gazali, Ph.D.
Gazali menyampaikan dalam sambutannya bahwa hidup di dunia hanya sementara, sedangkan cita-cita akan terus ada sehingga harapannya kita tetap bersama dalam jam’iyah NU.
“Rasulullah mencontohkan bahwa angan-angan kita itu seperti kotak, dan pikiran kita itu seperti garis yang melewati kotak itu. Artinya, ketika jatah umur kita habis, angan-angan kita masih ada. Maka, sudah sepatutnya kita tetap berada di jalan yang benar, salah satunya dengan berjam’iyah,” jelasnya.
Acara yang mengusung tema “Menata Hati, Cinta, dan Cita-cita dalam Perspektif Agama” ini disambut antusias oleh para peserta yang berusia muda, dari kalangan mahasiswa dan pekerja dari berbagai daerah Jepang.
Melihat antusiasme peserta, Gus Rifqil mengungkapkan bahwa warga Indonesia di Jepang tentunya banyak mengalami cobaan yang luar biasa dalam menjalani kehidupan. Oleh sebab itu, beliau memberikan tips untuk menata hati.
Gus Rifqil menyampaikan materi sembari melantunkan sholawat obat hati yang diiringi Majelis Hadroh Al-Furqon dan para hadirin yang mengikuti acara secara langsung dan live Instagram.
Beliau mengajarkan doa agar hati para perantau di Jepang selalu dijaga oleh Allah. Doa tersebut berbunyi:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ وَعَلَى طَاعَتِكَ
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan ketaatan kepada-Mu.
Gus Rifqil juga menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki cinta sejati itu tidak mengatakan “I love you”, melainkan “qobiltu”.
“Seseorang yang mempunyai cinta sejati itu bukan yang hanya mengatakan I love you, tapi bilang qobiltu. Kok bisa? Mengungkapkan cinta itu gampang. Di Jepang kita mengucapkan ‘aishiteiru’,” papar Gus Rifqil.
Ada hadits Nabi yang dikutip oleh Gus Rifqil terkait kesiapan menikah.
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Artinya, apabila kamu sudah mampu siap secara mental dan finansial, serta ada pasangannya, maka menikahlah. Jika tidak mampu, berpuasalah,” jelas beliau.
Adapun tentang cita-cita, beliau mengharapkan bahwa cita-cita itu harus yang luhur atau himmatul ulya.
“Kita harus fokus menyelesaikan apa yang ingin dicapai. Misalnya, yang kuliah atau kerja harus mempunyai target, jangan sekadar berangkat. Jangan melupakan akhirat. Sebenarnya kita mengejar dunia untuk bekal akhirat kelak,” jelas pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Hikmah Kendal itu.
Menanggapi hal tersebut, Ning Imaz dalam tausiyahnya menambahkan tentang skala prioritas dalam mengejar cita-cita dan cinta.
“Cintai cita-citamu dan cita-citakan cintamu. Jadi, kita bisa menyatukan keduanya. Apakah menjalin hubungan dulu atau menggapai kesuksesan atau cita-cita dulu? Semuanya bisa kita kejar bersama,” papar Ning Imaz.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Lirboyo ini juga menyampaikan tiga cara menggapai cinta dan cita-cita, yaitu:
- Menentukan Tujuan Hidup: Kehidupan yang berarti adalah kehidupan dengan keimanan kepada Allah.
“Pertama, tahu tujuan. Orang yang mempunyai tujuan hidup berupa keimanan terhadap Allah SWT berbeda dengan orang yang hidup karena sekadar menjalani hobi. Kehidupan yang berarti adalah kehidupan berupa keimanan terhadap Allah SWT,” jelas Ning Imaz.
- Mengenal Diri Sendiri: Memahami kebutuhan dan kesiapan diri akan membantu menemukan pasangan yang tepat.
“Kedua, jika kita ingin menemukan cinta yang berkualitas atau berkelas, kita harus memahami diri kita sendiri dan kebutuhan terhadap pasangan. Chemistry bisa dibangun. Yang penting berproses terlebih dahulu dari diri kita, lalu kita akan menemukan pasangan yang cocok untuk kita, sehingga tidak mudah jatuh cinta tanpa kesiapan,” papar Ning Imaz.
- Mengatur Kemelekatan: Cinta pada makhluk harus diatur agar tidak berlebihan karena cinta tertinggi hanya kepada Allah.
“Ketiga, mengatur kemelekatan. Penting untuk mengatur kemelekatan dalam mencintai karena kemelekatan itulah sumber penderitaan. Penting bagi kita untuk memahami bagaimana cara kita mencintai dan mengatur kemelekatan kita terhadap makhluk. Cinta yang paling tinggi hanyalah kepada Allah SWT. Meskipun suami wajib menafkahi istri, yang memberi rezeki itu bukan suami, melainkan Allah SWT. Meskipun kita punya pekerjaan, kita tidak melekat pada pekerjaan itu karena Allah SWT yang memberikan rizki kepada kita,” pungkas Ning Imaz.
Ketua MWCINU Fukuoka, Arya Primadani, mengapresiasi antusiasme peserta dan dukungan berbagai pihak yang menyukseskan acara. Mulai dari penampilan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Fukuoka dan Pagar Nusa Fukuoka, pembacaan sholawat, hingga maulid Simtuth Duror. Arya berharap, kegiatan seperti ini dapat mempererat silaturahim umat Islam di Jepang.
Kontributor: Zayyin
Editor: Dina Faoziah