Pesan Istiqomah bagi Nahdliyin Jepang di Hari Raya Idulfitri 1446 H

Idul Fitri 1446H

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang secara resmi mengeluarkan ikhbar bahwa Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriyah jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Pengumuman ini disampaikan sehari sebelumnya, Ahad, 30 Maret, melalui berbagai kanal media sosial resmi PCINU Jepang.

Ketua Tanfidziyah PCINU Jepang, Achmad Gazali, memberikan pesan khusus kepada seluruh Nahdliyin yang merayakan Idulfitri di Jepang.

“Tahun ini, Idulfitri di Jepang jatuh pada hari yang sama dengan di Indonesia, meskipun kita memulai puasa pada tanggal yang berbeda. Saya berharap, nilai-nilai kebaikan yang telah kita latih selama bulan Ramadan—baik dalam ibadah mahdloh maupun ghoiru mahdloh—dapat terus kita jaga,” ungkapnya.

Ia menekankan pentingnya istiqomah, yakni konsistensi dalam berbuat baik, bahkan setelah Ramadan usai.

“Semoga kita semua bisa lebih istiqomah dalam menjalankan kebaikan. Karena istiqomah itulah yang akan membawa berkah, memperbaiki kualitas hidup, dan semoga kita tergolong orang-orang yang dirahmati serta meraih husnul khatimah,” tambahnya.

Antusiasme Muslim di Jepang Menyambut Idulfitri

Pelaksanaan salat Idulfitri di Jepang selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Banyak masjid tetap mempertahankan tradisi melaksanakan sholat Ied dengan membagi sesi atau memilih tempat terbuka seperti taman dan lapangan, sebagaimana yang dilakukan oleh Nahdliyin di Fukuoka, Kyoto, dan daerah lainnya.

Salah satu sorotan tahun ini adalah pelaksanaan salat Idulfitri di Masjid Indonesia Ueda (MINU). Masjid ini menyelenggarakan dua sesi sholat Ied pada hari Senin, 31 Maret 2025. Setiap sesi mampu menampung sekitar 150 jamaah laki-laki di lantai tiga dan 100 jamaah perempuan di lantai dua.

Selain itu, MINU kedatangan dua Dai Go Global dari Lembaga Dakwah PBNU, yaitu Ustadz Muh. Ulinnuha Karim, S.Pd. dan Ustadz Lukman Hakim Rohim, Lc., M.Ag. Kehadiran mereka menambah semarak perayaan Idulfitri di kalangan muslim Indonesia di Jepang.

Dalam khutbahnya, Ustadz Ulin Nuha menyampaikan bahwa Ramadan seharusnya menjadi bekal pendidikan spiritual, bukan hanya semangat sesaat.

Kun rabbaniyyan, wa la takun ramadhaniyyan – Jadilah hamba Allah setiap waktu, bukan hanya saat bulan Ramadan,” paparnya.

Beliau juga menekankan bahwa esensi Idulfitri bukan sekadar mengenakan pakaian baru, tetapi tentang peningkatan kualitas iman dan ketaatan.

“Idulfitri itu bukan untuk mereka yang sekadar memakai baju baru, tapi sejatinya untuk mereka yang bertambah iman, takwa, dan kedekatan kepada Allah SWT,” tuturnya.

Sejarah MINU dan Harapan Muslim Indonesia

MINU merupakan hasil gotong royong warga muslim Indonesia di Nagano yang sebelumnya beribadah di masjid komunitas Pakistan. Karena adanya perbedaan budaya dan praktik ibadah seperti hadroh, yasinan, dan maulidan, muncul keinginan kuat untuk memiliki masjid sendiri.

Keinginan ini disambut positif oleh PCINU Jepang. Akhirnya, pada 18 Januari 2025, bangunan masjid berhasil dibeli secara kolektif, dan diresmikan langsung oleh Dubes RI untuk Jepang, Ir. H. Heri Akhmadi, pada Ahad, 16 Maret 2025. Masjid yang berlokasi di 100 Iwashita, Ueda, Nagano ini memiliki tiga lantai dengan luas bangunan 427 m² di atas lahan seluas 650 m².

Peresmian dan aktivitas keagamaan di MINU menjadi tonggak baru bagi komunitas muslim Indonesia di Jepang untuk terus memperkuat ukhuwah, nilai tradisi, dan keimanan dalam kehidupan diaspora.