Islam Ala Indonesia Jadi Sorotan di Jepang: Dialog Gus Ulil dan Profesor Hisanori Kato di Chuo University

KH Ulil

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ulil Abshar Abdalla, menjadi pembicara dalam talk show bertema perkembangan Islam dan demokrasi di Indonesia yang digelar di kampus Chuo University, Jepang, pada Sabtu (15/3/2025). Acara ini dipandu oleh Profesor Hisanori Kato dan dihadiri oleh mahasiswa Jepang yang antusias mengikuti diskusi. Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang, Achmad Gazali, turut mendampingi dalam kegiatan ini.

Dalam pemaparannya, Gus Ulil menyampaikan bahwa model pemahaman Islam di Indonesia memiliki karakter yang khas, berbeda dari negara-negara lain, terutama di kawasan Timur Tengah. Ia menjelaskan bahwa keunikan ini terbentuk dari keberagaman etnis, budaya, dan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau.

“Indonesia memiliki tantangan besar dalam menjaga kesatuan di tengah keberagaman. Pilar-pilar seperti Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan kesatuan bahasa menjadi fondasi kuat yang menyatukan bangsa,” ujar Gus Ulil.

Ia juga menyoroti peran penting Islam Nusantara sebagai wujud Islam yang bersanding harmonis dengan budaya lokal. “Islam di Indonesia berkembang di atas budaya, menjunjung tinggi nilai-nilai lokal. Karena itu, masyarakat Indonesia sangat terbuka terhadap perbedaan dan mudah menerima siapa pun yang datang. Kita dikenal ramah dan murah senyum,” tambahnya.

Para mahasiswa Jepang tampak antusias dan mengajukan berbagai pertanyaan. Salah satu topik yang mencuat adalah hubungan antara NU dan kelompok Islam lain seperti Muhammadiyah. Menanggapi hal ini, Gus Ulil menjelaskan bahwa meskipun memiliki organisasi yang berbeda, NU dan Muhammadiyah memiliki akar sejarah yang sama dan tetap menjalin komunikasi yang baik.

“Founding fathers NU dan Muhammadiyah, yakni KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, sama-sama belajar kepada Syekh Khatib Minangkabau di Mekkah. Hubungan mereka tetap terjalin baik meski mendirikan organisasi yang berbeda,” jelasnya.

Menariknya, di akhir sesi, Gus Ulil juga diminta memberikan masukan agar Jepang bisa menjadi negara yang lebih terbuka seperti Indonesia. Dengan rendah hati, ia menjawab bahwa Jepang sudah jauh lebih maju dibandingkan Indonesia.

“Saya justru banyak belajar dari Jepang. Setiap negara punya sejarah dan latar belakang sendiri. Dari situlah kita bisa saling belajar dan memahami,” tuturnya. Ia bahkan sempat menyebut bahwa dirinya pernah membaca sejarah Restorasi Meiji, mengenang masa-masa duduk di bangku sekolah.