KH Zulfa Mustofa: Menyemai Islam Rahmatan lil Alamin dan Amaliyah NU di Tanah Rantau
Dalam rangka memperingati Hari Santri dan Hari Pahlawan, Majelis Wakil Cabang Istimewa (MWCI) Nahdlatul Ulama (NU) Ibaraki Jepang bersama Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) NU At-Taqwa Koga mengadakan pengajian umum bertema “Upaya Kaum Santri dalam Mensyukuri Jasa Para Pahlawan”. Acara ini digelar pada Kamis, 14 November 2024, di Masjid NU At-Taqwa Koga, dengan menghadirkan KH Zulfa Mustofa, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), sebagai pembicara utama.
Tiga Tugas Penting NU di Jepang
Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Jepang, Achmad Gazali, Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan tiga tugas penting bagi warga NU di Jepang yang dapat dijalankan, yakni:
- Memelihara Keimanan
Di Jepang, fasilitas keagamaan sangat sedikit, sehingga warga NU harus memelihara iman Islam salah satunya dengan beribadah di masjid.
“Tugas NU di Jepang ada 3, pertama, memelihara iman kita di Jepang, karena sedikit fasilitas untuk melaksanakan ibadah, di Jepang sangat rentan melakukan kemaksiatan, dengan adanya masjid ini diharapkan mampu mengikat hawa nafsu untuk tidak melakukan hal tersebut,” jelasnya.
- Pendidikan Anak
NU diharapkan menjadi tempat bagi warga Indonesia yang mengajak keluarganya hidup di Jepang untuk memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka.
“Kedua, bagi orang Indonesia yang berkeluarga di Jepang, pendidikannya harus kita perhatikan. Keberadaan NU bisa menjadi tempat mereka memperoleh pendidikan agama,” tambahnya pada acara yang diselenggarakan setelah sholat Isya’ berjamaah itu.
- Dakwah Moderat
Selanjutnya, NU bertugas menyampaikan Islam yang rahmatan lil alamin kepada masyarakat lokal Jepang.
“Ketiga, berdakwah dengan orang lokal (penduduk asli Jepang) mengenai sosok Islam rahmatan lil alamin melalui dakwah ahlussunnah wal jama’ah. Di Jepang sudah banyak tipe Islam. Banyak pintu masuk Islam, bukan hanya dari NU,” papar Gazali.
Gazali mengingatkan agar warga nahdliyin tetap waspada dalam berdakwah, mengusahakan jangan sampai masuk melalui pintu yang ekstrem ke kanan atau ke kiri.
“Harapannya, kita menjalankan dakwah wasathiyah (moderat) seperti yang diajarkan NU. Kita tetap toleran dan menghargai orang-orang di sekitar kita,” jelas Gazali.
Acara dilanjutkan dengan pemberian sumbangan PBNU kepada Pesantren NU yang merupakan rintisan PCINU Jepang.
NU: Pesona Tradisi dan Kemoderatan
KH Zulfa Mustofa mengungkapkan bahwa daya tarik NU, baik di Jepang maupun di negara lain, terletak pada tiga hal, yaitu:
- Amaliyah Khas NU
Orang tertarik dengan NU karena sedari kecil sudah mengetahui tradisi seperti tahlilan, yasinan, sholawatan, dan pengurusan jenazah yang menjadi kegiatan amaliyah NU.
“Pertama, karena orang tahu amaliyah atau kegiatan NU. Misalnya, karena dari kecil selalu melihat ada sholawatan di masjid, seseorang merasa senang. Lalu, ada tahlilan dan yasinan. Contoh lain lagi adalah ketika ada orang meninggal di luar negeri. Yang memandikan, mengkafani, mensholatkan, sampai menguburkan jenazah adalah orang NU,” jelasnya.
- Khidmah atau Pelayanan
Menurutnya, khidmah merupakan salah satu faktor ketertarikan orang terhadap NU. Pengurus NU selalu hadir untuk masyarakat, termasuk dalam membantu menangani segala aspek kehidupan, seperti membangun fasilitas kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.
“Kedua, banyak orang senang dengan NU. Ketika ia membutuhkan, pelayanan dari NU selalu ada, seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya. Jika ada orang kesurupan, yang dipanggil untuk menyembuhkan kebanyakan adalah orang NU. Contoh lainnya adalah pembinaan mualaf,” tambahnya.
- Mempunyai Manhaj atau Thoriqoh
Menurutnya, NU dikenal karena mempunyai manhaj atau thoriqoh (cara berpikir) yang moderat. Ada masyarakat Jepang yang tertarik dengan Islam karena melihat akhlak atau perilaku muslim yang baik pada diri nahdliyin.
“Ketiga, orang senang NU karena NU punya manhaj atau thoriqoh alias cara berpikir, cara bersikap, cara berperilaku yang moderat. Ada anggapan di kalangan orang Jepang bahwa Islamnya orang Indonesia berbeda dengan pemberitaan, di mana yang sering didengungkan adalah Islam sebagai kelompok teroris. Namun, tidak demikian halnya dengan Islam di Indonesia. Perilaku atau akhlaknya suka membantu, menolong, dan tidak suka menyakiti orang lain,’’ paparnya.
KH Zulfa Mustofa juga berharap agar Masjid NU At-Taqwa dapat menjadi tempat beribadah yang menarik bagi masyarakat lokal Jepang.
“Saya ingin agar Masjid NU At-Taqwa di Ibaraki ini menjadi pemicu orang Jepang senang Islam. Harapannya, orang Jepang senang dengan Islam karena melihat Anda berakhlak baik. Pahala Anda luar biasa jika mereka senang dengan Islam,” ungkap KH Zulfa Mustofa.
KH Zulfa Mustofa mengutip sebuah hadits:
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمُرُ النِّعَمِ
“Artinya, jika kamu menjadi sebab atau membuat orang senang dengan Islam, itu jauh lebih baik daripada sedekah unta yang paling mahal,” papar KH Zulfa.
Beliau berpesan kepada para hadirin untuk menjaga iman dan semangatnya dalam berkhidmah bersama NU.
“Agar masyarakat Jepang senang dengan Islam, kita perlu menjaga iman dan menjaga semangat kita berkhidmat di NU,” ungkapnya.
Di akhir pengajian, santri Kyai Sahal Mahfudh dari Kajen, Pati ini mengajak para santri untuk tetap teguh dalam menjalankan amaliyah NU meski berada di Jepang. Rutinitas seperti yasinan, tahlilan, sholawatan, dan istighosah yang biasa dilakukan di tanah air harus tetap dijalankan.
“Santri harus yakin dan istiqomah dalam menjaga keimanan. Hal itu akan membawa keberkahan di akhirat kelak,” pungkas beliau.
Simak selengkapnya di YouTube PCINU Jepang:
Kontributor: Zayyin
Editor: Dina