Peringati Isra’ Mi’raj, Muslimat NU Jepang Gandeng Waseda University dan PTIQ : Perempuan Mampu Mempunyai Intelektual dan Spritual yang Maksimal
Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Jepang memperingati Isra’ Mi’raj dengan mengadakan kajian Gender dalam Perspektif Islam yang dilaksanakan di Waseda University Jepang, pada Jumat, 9 Februari 2024.
Syaifiyatul Hasanah, sebagai Ketua PCI Muslimat NU Jepang merasa bersyukur dapat memperingati kegiatan Isra’ Mi’raj dengan kajian Gender tersebut.
“Alhamdulillah kita berhasil diberi kesempatan hari ini mengadakan kegiatan bertajuk peringatan Isra Mi’raj dan kajian atau mengaji bersama gender dalam perspektif Islam,” ungkap Sevy.
Acara yang dihadiri sebanyak kurang lebih 30 peserta secara luring dan daring tersebut mempunyai tujuan yang dijelaskan oleh Ketua PCI Muslimat NU itu.
“Tujuannya adalah sebagai refleksi agar kita mengingat kembali sejarah yang dirasakan oleh seluruh umat Islam di dunia dengan mensyukuri fenomena Isra’ Mi’raj,” jelasnya.
Acara yang berlangsung di Waseda University tersebut juga disambut dengan senang oleh Professor Miichi Ken yang merupakan seorang Profesor di Graduate School of Asia-Pacific Studies (GSAPS) Waseda University Jepang.
“Saya sangat senang, senang sekali bisa menghadirkan seminar yang penting ini,” papar Ken.
Dalam sambutannya, Profesor Ken sangat lancar menggunakan bahasa Indonesia. Profesor Ken merupakan penduduk asli Jepang yang telah meneliti organisasi NU sejak lama kurang lebih hampir 20 tahun yang lalu. Beliau juga mengatakan bahwa narasumber yang dihadirkan pada acara itu adalah Ibu Rofiah, penggerak wanita utama, sehingga kesempatan ini kita bisa belajar terkait perspektif gender dari Islam, laki-laki pun harus belajar dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Nur Rofi’ah, Dosen Pascasarjana di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta menjelaskan bahwa fenomena Isra’ Mi’raj yang jarang diketahui publik yaitu ketika Nabi Muhammad baru saja ditinggal pergi oleh istrinya Sayyidah Khadijah Al Kubro. Beliau juga menjelaskan bahwa Khadijah merupakan wanita yang mandiri dan kuat. Bahkan saat Nabi diutus menjadi Rasul, nabi meminta pendapat Khadijah dan khadijah langsung mempercayainya. Kepercayaan Khadijah terhadap kebenaran bahwa Suaminya Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul merupakan suatu ketaatan dalam nilai kebenaran kepada Allah SWT.
Dosen Pascasarjana PTIQ tersebut memberikan pesan yang bisa diambil dari peristiwa isra mi’raj sebagai pelajaran spiritual untuk memperbaiki relasi horizontal dengan sesama makhluk Allah termasuk suami, istri, orang tua, anak dan meneguhkan untuk hanya taat mutlak pada Allah dengan taat pada nilai kebaikan bersama.
Diakhir materinya, beliau juga mengharapkan semoga peserta yang hadir mampu melakukan isra mi’raj semampunya.
“Mudah-mudahan kita bisa melakukan isra mi’raj semampu kita hari ini dan isra mi’raj membawa pesan bahwa pengalaman reproduksi perempuan yang sering sekali hadats besar itu, (seperti) melalui menstruasi, melalui nifas, wiladah, dan istihadhah itu tidak menghalangi perempuan untuk mencapai derajat spiritualitas yang tertinggi. Jadi perempuan punya kesempatan untuk menjadi makhluk yang mempunyai intelektual sekaligus spiritual secara maksimal,” harap Rofiah.
Kontributor: Zayyin