Pernah Dakwah di Korsel dan Taiwan, Ustadz Asal Probolinggo ini Jadi Imam Masjid NU di Jepang

Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang  bekerjasama dengan Takmir Masjid NU At-Taqwa Koga Ibaraki, Jepang baru saja mengadakan seleksi Imam Besar Masjid NU At-Taqwa untuk masa khidmah 2024-2025. Hal ini disampaikan oleh Ketua Tanfidziyah PCINU Jepang, Achmad Gazali. 

Menurutnya, seleksi imam Masjid NU At-Taqwa ini digelar karena masa tugas Ustadz Irfai, Ustadz yang bertugas sebelumnya di Masjid NU At-Taqwa telah berakhir, serta untuk memberikan kesempatan kepada imam yang lain untuk datang dan mengetahui kondisi di Jepang serta memperluas jaringan. 

“Karena masa tugas Ustadz Irfai sepanjang 1 tahun telah selesai, kami melakukan pergantian imam,” paparnya.

Sebelumnya, panitia telah menyebarluaskan informasi pendaftaran imam masjid sejak bulan Juni yang lalu. Menurut Achmad Gazali, terdapat enam peserta yang mengikuti seleksi di masjid yang menjadi pusat berbagai kegiatan PCINU Jepang.

“Alhamdulillah, telah selesai proses seleksi calon imam Masjid NU at-Taqwa. Ada 6 calon imam,” jelasnya pada Senin (1/7/2024).

Di antara peserta yang telah mengikuti tahapan seleksi, hanya satu peserta terpilih yang menjadi Imam Besar Masjid NU at-Taqwa, yaitu Muhammad Riza Diponegoro. Ustadz Riza merupakan seorang ustadz yang tinggal di Pesantren Badri Duja wilayah al-Mashduqiah, Patokan, Kraksan, Probolinggo.

Setelah seleksi berakhir, panitia memperkirakan bahwa tugas imam baru akan bermula pada bulan Agustus 2024 dan berakhir pada bulan Juli 2025. Rohibun, Ketua LTM PCINU Jepang, sekaligus salah satu takmir Masjid NU at-Taqwa mengharapkan bahwa kehadiran imam di masjid tersebut akan mendorong jamaah untuk istiqomah beribadah dan meramaikan masjid.

“Bila imam yang baru sudah datang, saya berharap para jamaah akan selalu istiqomah dan masjid akan selalu ramai,” katanya setelah pengumuman seleksi pada Selasa (2/7/2024).

Sebelumnya, sang imam terpilih kelahiran 21 September 1985 tersebut tercatat pernah ditunjuk sebagai Da’i Internasional Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) pada tahun lalu ke Korea Selatan, dan di bulan Ramadhan 1445 H kemarin mendapat undangan dakwah sebulan di PCINU Taiwan.

Keberhasilannya berdakwah di luar negeri tak luput dari pengalamannya belajar dan mengabdi di berbagai sekolah formal maupun non-formal. Beliau pernah mengenyam pendidikan di Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Institut Studi Islam Darussalam Gontor Ponorogo, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Program Studi Tafsir Hadits, dan Universitas Islam Zainul Hasan Genggong Probolinggo Program Studi Ilmu Tasawuf.

Sang imam terpilih menyampaikan bahwa ia mengetahui informasi terkait seleksi tersebut dari story koleganya yang menjadi Dai Internasional PBNU.

“Saya mengetahui informasi ini dari story kolega saya yang menjadi Dai Internasional PBNU, yaitu Gus Idris dari Probolinggo,’’ jelas Ustadz Riza yang menjadi staf pengajar sekaligus Wakil Direktur Kepengasuhan Santri di Pondok Pesantren Badri Duja Wilayah al-Mashduqiah.

Pria yang pernah belajar di Gontor tersebut menjelaskan bahwa salah satu modal dalam mengikuti seleksi tersebut adalah pengalamannya dalam berdakwah di beberapa negara.

“Saya hanya ada sedikit pengalaman selama hidup dan sedikit sekali pengetahuan. Saya hanya mampu untuk berusaha sebisa saya dan pasrah kepada Yang Maha Kuasa, dibarengi dengan doa. Saya yakin, jika kita berkhidmah di jalan Allah, Allah pasti akan menolong. In tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum,” paparnya.

Ustadz Riza pun berpesan kepada seluruh calon imam masjid maupun calon Dai Internasional yang ingin berdakwah di luar negeri untuk senantiasa melakukan apapun dengan tulus ikhlas dan murni kepada Allah semata. 

“Berdasarkan pengalaman pribadi saya, dalam apa pun yang kita lakukan, usahakan untuk tulus ikhlas dan murni hanya untuk Allah semata. Insya Allah, Allah akan membukakan jalan-Nya. Walladzina jaahadu fina lanahdiyannahum subulana wa innallaha la ma’al muhsinin,” pungkasnya.

Kontribotur : Zayyin