Peringati Hari Ibu, Lakpesdam PCINU Jepang adakan acara live tentang Kisah Ibu 4P (Pelajar, Peneliti, Pemimpin, Pekerja)
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam), Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) Jepang, mengadakan acara Instagram live bertema “Kisah Ibu 4P (pelajar, peneliti, pemimpin, pekerja)”, dalam rangka memperingati hari Ibu, Sabtu (25/12).
Acara tersebut menghadirkan dua narasumber, yang pertama yaitu Eka Puspita Arumaningtyas, Ketua Lakpesdam PCINU Jepang, mahasiswi S3 Kanazawa University, sekaligus seorang Ibu dari tiga anak, dan narasumber kedua Ardhiani Kurnia Hidayanti, Anggota PCINU Jepang yang pernah berkiprah sebagai Kepala Divisi Redaktur Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang 2019-2020, mahasiswi S3 Gifu University, sekaligus Ibu dari satu anak.
Pada acara live yang berlangsung secara santai dengan dipandu oleh moderator Laila Fitriani, Bendahara PCINU Jepang, terdapat beberapa hal yang dibahas dari mulai kisah, hingga tips bagaimana menjadi pelajar S3 di Jepang, menjadi peneliti, berorganisasi dan menjadi pimpinan organisasi ditengah kesibukan sebagai ibu dan pelajar, hingga bagaimana mengatur waktu untuk kerja paruh waktu (arubaito).
Menurut Eka, menjadi pelajar dan peneliti merupakan hal yang menarik, karena melalui proses meneliti, kita bisa mengasah nalar kritis dan menambah rasa ingin tahu. “Setiap proses penelitian akan menambah pengetahuan, ketrampilan, dan untuk menunjang penelitian kita perlu banyak membaca, membandingkan, juga mengolah data”, tutur Eka. Hal senada disampaikan oleh Ardhiani, yang menyampaikan bahwa menjadi pelajar sekaligus peneliti merupakan hal yang menyenangkan, karena dengan sekolah, kita terpacu untuk terus belajar dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Selain itu, Ardhiani juga menyebutkan bahwa melalui penelitian dapat mencoba mencari jawaban tentang suatu permasalahan ilmiah atau problem di masyarakat. “Salah satu, hikmah yang dapat diambil dari menjadi pelajar dan peneliti adalah kita dapat mengasah critical thinking (berfikir kritis) dan problem solving (menyelesaikan masalah) dalam menjalani kehidupan sehari hari”, sahut Ardhiani.
Ketika ditanya mengenai bagaimana cara mendidik anak di tengah kesibukan kuliah, penelitian, dan organisasi, Eka menjelaskan bahwa anak perlu dilatih untuk mandiri sedini mungkin. Agar keinginannya terpenuhi mereka harus menyelesaikan beberapa tugas seperti menyiapkan semua keperluan sekolahnya, belajar memasak, cuci piring, bersih-bersih rumah dll. Selain itu harus bisa mengatur waktu dengan baik sehingga tetap bisa menemani anak untuk bermain. “Selain ayah, ibu adalah figur yang sangat penting bagi anak-anaknya. Anak-anak akan berperilaku sebagaimana perilaku orang tuanya. Jika mereka terbiasa melihat orang tuanya sebagai orang yang bekerja keras, giat belajar, pantang menyerah, maka secara tidak sadar mereka akan meniru perilaku tersebut hingga mereka dewasa kelak”, papar Eka.
Sedangkan Ardhiani menyampaikan bahwa anak tetap menjadi prioritas utama dibanding hal lain. “Yang terpenting adalah quality time (waktu yang berkualitas) dengan anak, dan juga penanaman akidah islam, ajaran islam ke anak, mengajar mengaji, karena anak tdk akan dapat dari sekolah di Jepang”, tutur Ardhiani.
Kedua narasumber juga memberikan tips agar tetap survive menjadi ibu, pelajar, peneliti, pekerja, dan pemimpin. Eka menjelaskan bahwa sebagai perempuan perlu memiliki mental yang kuat dan selalu menyempatkan diri untuk membaca buku-buku, seperti buku tentang motivasi. Sedangkan Ardhiani memberikan tips agar survive dengan selalu bersyukur, mengambil hikmah, jika terdapat masalah disertai dengan refleksi diri, self healing dan harus bangkit kembali.
Di akhir acara Ketua Lakpesdam menyampaikan pesan Be a girl with a mind, a woman with attitude, a lady with a class, but more importantly be a great muslimah with a strong faith. (Jadilah seorang gadis yang berakal, seorang perempuan yang berakhlak, seorang wanita dewasa yang berkelas, namun yang lebih penting jadilah muslimah yang hebat dengan keimanan yang kuat).