PCINU Jepang bersama PCINU se-Dunia Kirimkan Rekomendasi Peran Nahdliyin Menghadapi Perubahan Iklim

Dalam rangka memeriahkan Muktamar NU ke-34,  PCINU Jepang bersama PCINU se-Dunia mengadakan webinar bertema “Mendorong Peran NU dalam Menjawab Tantangan Perubahan Iklim  Sebagai Bentuk Implementasi Islam yang Rahmatan Lil Alamin“, pada Sabtu (18/12). Webinar tersebut menghadirkan Muhammad Zahrul Muttaqin, Atase Kehutanan KBRI Tokyo ; Muhammad Yulianto, peneliti di Universitas Waseda sekaligus Sekretaris PCINU Jepang 2021-2023 ; dan Miftakhul Huda, Asisten Professor di Universitas Nagoya sekaligus Ketua PCINU Jepang 2019-2021.

Menurut Achmad Gazali, Ketua PCINU Jepang 2021-2023, webinar tersebut bertujuan untuk memberikan masukan dalam memasuki satu abad NU agar berkontribusi memberikan solusi terhadap salah satu isu besar permasalahan dunia yaitu perubahan iklim.

Heri Akhmadi, Duta Besar RI untuk Jepang, dalam sambutannya menyampaikan bahwa diperlukan berbagai upaya untuk menghadapi perubahan iklim, salah satunya dengan rehabilitasi hutan dan lahan gambut, yang memerlukan teknologi pembibitan, instrumen pengawasan dan evaluasi yang baik, serta peran kelembagaan pada tingkat masyarakat.  “Peran Nahdliyin di sekitar hutan perlu ditingkatkan dan mungkin juga dapat dibentuk GP Kehutanan, karena hanya dengan pengerahan kelembagaan yang besar inilah Indonesia dapat mempertahankan perannya sebagai salah satu negara dengan hutan yang mampu menyerap karbon berlipat kali jika dibandingkan dengan  hutan di wilayah subtropis`, papar Dubes RI. Beliau juga menjelaskan bahwa KBRI Tokyo bersama Wamenlu Indonesia dan Wamenlu Jepang, telah mengadakan diskusi, dan salah satu hal yang paling ditekankan adalah seputar transisi energi dan pengurangan emisi. “Diharapkan NU Jepang juga dapat memberikan saran-saran untuk roadmap kerjasama Indonesia dan Jepang dalam hal transisi energi agar kita dapat memiliki langkah-langkah yang lebih konkrit“, tutur Heri Akhmadi.

Berikut ini merepakan rekomendasi PCINU Jepang dari hasil webinar oleh tiga pembicara diatas dan diskusi seputar  langkah-langkah yang dapat ditempuh Nahdliyin dalam rangka menghadapi perubahan iklim :

  • Meningkatkan keterlibatan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim(LPBI) NU pada proses-proses konservasi hutan
  • Meningkatkan peran serta pondok pesantren dan komunitas nahdliyyin di tingkat tapak dalam upaya rehabilitasi dan restorasi hutan serta dalam perhutanan sosial
  • Membangun kampung yang berketahanan iklim melalui ranting/anak ranting NU di seluruh Indonesia
  • Memasukkan isu-isu kelestarian lingkungan dalam narasi ceramah serta pengajian
  • Memobilisasi peran generasi muda NU (Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU, PMII, KMNU) dalam kampanye pelestarian hutan

Untuk sektor energi, berikut adalah langkah yang dapat ditempuh oleh Nahdliyyin:

  • Melalui PCINU, membangun jejaring untuk menguasai teknologi penyediaan energi baru dan terbarukan, seperti hidrogen
  • Meningkatkan peran pesantren dan kelompok nahdliyyin dalam penerapan gerakan hemat energi
  • Mengaplikasikan energi ramah lingkungan seperti micro-hydro, panel surya, biogas dan biomassa
  • Mendorong penelitian tentang suber energi alternatif di Universitas -Universitas NU
  • Memulai dengan cara yang sangat sederhana seperti mematikan lampu ataupun peralatan listrik yang tidak dipakai, warga Nahdliyin dapat turut berpartisipasi untuk penghematan energi. Jika sebanyak 91 juta jiwa warga Nahdliyin, dengan asumsi setiap keluarga terdiri dari lima orang (maka terdapat 18 juta keluarga nahdliyin) dan setiap keluarga melakukan penghematan listrik sebanyak 1 kWh perhari, maka emisi akan berkurang 5.3 juta ton CO2/ tahun ; menggunakan Lampu LED (dibandingkan dengan Neon dan Bohlam) ; menggunakan AC ramah lingkungan (Non CFC) dengan teknologi inverter ; dan tidak menggunakan asbes.

Inilah saatnya NU, pondok pesantren, serta mitra-mitra di lapangan untuk dapat berperan serta dalam merehabilitasi lahan dalam berbagai skema yang telah dikembangkan. Disamping itu, diaspora Nahdliyin yang bergerak di bidang IPTEK juga dapat mendukung aksi kolektif ini dalam menanggulangi masalah perubahan iklim, termasuk di sektor kehutanan dan transisi energi.

Kontributor : Elza dan Ardhi

Leave a Reply