Memperingati Nuzulul Quran, PCINU Jepang Adakan Kajian Ilmiah Tafsir Al-Qur’an metode Semantik Toshihiko Izutsu
Toshihiko Izutsu (1914-1993), seorang profesor berkebangsaan Jepang, menawarkan metode baru dalam menafsirkan Al-Qur’an, yaitu dengan pendekatan semantik. Metode yang ditawarkan Izutsu bertumpu pada makna kata per kata yang menjadi kata kunci dalam ajaran Islam. Metode semantiknya berhasil menarik perhatian cendekiawan muslim bukan hanya sebagai angin segar dalam ‘kemandegan’ penafsiran Al-Qur’an pada abad 19, tetapi juga karena keobyektifan Izutsu dalam menempatkan Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam. Izutsu yang notabene berasal dari Asia Timur tidak terjerembab dalam pusaran orientalis yang seakan-akan berjarak ketika menafsirkan Al-Qur’an, ia justru mengambil peran sebagaimana seorang muslim mengimani Al-Qur’an.
Berangkat dari latar belakang yang unik tersebut, Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang, mengadakan kajian ilmiah sekaligus memperingati Nuzulul Qur’an, pada Ahad (24/4) dengan menghadirkan pembicara profesor Ayang Utriza Yakin, peneliti di Sciences Po Bordeaux, Prancis dan UC Louvain, Belgia.
Achmad Gazali, Ketua PCINU Jepang, dalam sambutannya mengatakan bahwa peringatan Nuzulul Qur’an dengan kajian ilmiah bedah buku sengaja dihadirkan untuk memberikan nuansa baru dan berfikir kritis. “Buku yang diangkat merupakan karya asli profesors Jepang yang menjadi referensi studi Al-Qur’an di berbagai belahan dunia, maka sangatlah wajar kaum muslimin di Jepang perlu mengetahui jejak jejak islam di negeri muslim minoritas, seperti Jepang”, papar Gazali.
Hal senada disampaikan oleh Hasan Al Rasyid, Ketua Lembaga Dakwah PCINU Jepang, yang berharap peringatan Nuzulul Qur’an yang dibarengi dengan kajian ilmiah ini dapat memberikan gambaran akan karya-karya ilmiah di luar umat islam, seperti Toshihiko Izutsu, yang pada akhirnya akan semakin menguatkan akidah umat islam itu sendiri. “Sekarang bukan lagi masanya menghindari karya-karya mereka, tetapi kita kaji agar semakin bertambah wawasan kita, dan semakin luas pemahaman kita akan islam”, imbuh Hasan ketika memoderatori acara.
Hasan juga menambahkan bahwa Karya Toshihiko Izutsu dipilih untuk disajikan oleh pembicara sebagai upaya LD PCINU Jepang menjadi fasilitator Nahdliyin dalam melestarikan budaya NU, mengeksplorasi segala hal yang berpotensi menjadi jadid al-ashlah. “Semoga, pengajian yang singkat ini setidaknya dapat menjadi pengantar bagi Nahdliyin untuk bersedia menyerap al-Qur’an dalam bidangnya masing2, dan sekaligus menggelitik Nahdliyin untuk terus menerus memperluas khazanah literasi“, kata Hasan.
Pemateri, Ayang Utriza Yakin mengawali paparannya dengan menceritakan sisi hidup Toshihiko Izutsu, karya-karyanya tentang Islam dan berbagai kepercayaan lain, dan penjelasan singkat apa itu semantik. Ayang juga mengapresiasi kecemerlangan Izutsu dalam bukunya yang berjudul ‘God and Man in The Qur’an. Semantics of the Qur’anic Weltanschauung’. Salah satu buku Izutsu yang dijadikan rujukan standar di berbagai perguruan tinggi jurusan ulumul qur’an itu mengelaborasi hubungan Tuhan dan manusia.
Ayang menjelaskan bahwa menurut Izutsu, ada empat macam hubungan antara Tuhan dan manusia, yaitu : hubungan ontologis, yaitu hubungan antara khaliq (pencipta) dan makhluq (ciptaan), hubungan komunikatif, yaitu hubungan dari manusia ke Tuhan atau lebih dikenal dengan do’a, hubungan rabb dan ‘abd, yaitu hubungan antara tuan (pemelihara) dan hamba (budak), dan hubungan etika, yaitu hubungan akhlak antara tuhan dan manusia seperti: Tuhan yang Maha Pengampun dan manusia yang mempunyai dosa.
Pembicara juga menyarankan warga muslim di Jepang untuk membaca buku karya Toshihiko Izutsu tersebut, karena dapat meningkatkan keimanan dan dapat menambah pengetahuan studi Islam di Jepang.
Kontributor :
Muhammad Imron