PCINU Jepang Adakan Webinar dan Pelatihan Aplikasi Hisab dan Rukyat di Jepang

Tokyo – Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam), bekerja sama dengan Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang, mengadakan webinar dan pelatihan aplikasi hisab dan rukyat di Jepang, pada Sabtu (19/3).

Menurut Eka Puspita Arumaningtyas, Ketua Lakpesdam PCINU Jepang, acara webinar dan pelatihan tersebut bertujuan memberikan pengetahuan dasar hisab dan rukyat kepada para nahdliyin di Jepang sesuai dengan pedoman yang diacu oleh Lembaga Falakiyah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). “Dalam webinar dan pelatihan ini peserta akan diperkaya dengan dasar-dasar penentuan waktu sholat, arah kiblat, maupun awal bulan kalender Hijriah, terutama saat Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah. Dengan harapan setelah pelatihan ini para peserta bisa menjadi ahli falak perwakilan Lembaga Falakiyah PBNU di Jepang”, papar Eka Puspita.

Achmad Gazali, selaku Ketua Tanfidziyah PCINU Jepang memaparkan dalam sambutannya, bahwa webinar dan pelatihan hisab rukyat ini penting sebagai langkah awal guna menumbuhkan kemandirian dan rasa percaya diri nahdliyin di Jepang dalam menentukan kapan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah, yang pada akhirnya bisa terbentuk Lembaga Falakiyah PCINU Jepang yang independen dan keputusannya bisa diterapkan segenap nahdliyin di seluruh Jepang.

Heri Akhmadi, Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Jepang merangkap Negara Federasi Mikronesia sekaligus Mustasyar PCINU Jepang, dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya kepada PCINU Jepang yang memiliki inisiatif untuk melaksanakan kegiatan webinar tersebut sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kehidupan keislaman di Jepang, yang sangat terkenal dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. “Konsep ilmu falak sekaligus teknologi informasi dan komunikasi perlu dikuasai oleh para santri, terutama yang ada di Jepang ini agar mempermudah ibadah kita dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT”, sahut Heri Akhmadi.

Pembicara pertama, Thomas Djamaluddin yang merupakan Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Indonesia (2014-2021) sekaligus tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama (Kemenag), menyampaikan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar terjadinya unifikasi kalender Hijriah secara mapan, antara lain adanya otoritas tunggal yang mengatur, adanya kriteria tunggal yang disepakati, dan ada batas wilayah yang disepakati.

Sedangkan pembicara kedua, Judhistira Aria Utama, yang juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Bumi dan Antariksa Universitas Pendidikan Indonesia, menegaskan bahwa metode rukyat merupakan metode pionir yang masih relevan sampai saat ini. “Kita bisa melakukan rukyat dengan mata telanjang karena metode ini selain telah dilakukan sejak masa leluhur, juga merupakan cara yang sederhana namun efektif untuk menentukan awal bulan baru, tentu dengan disertai pengetahuan yang mumpuni mengenai rukyatul hilal dan yang berhubungan dengannya”, jelasnya.

Hal senada disampaikan juga oleh pembicara ketiga, Hendro Setyanto, penggagas IMAH NOONG kampung eduwisata Lembang, Bandung, yang menjelaskan bahwa menurut pedoman rukyat dan hisab PBNU, hisab tidak dapat dijadikan alasan penetapan awal ramadan dan syawal, walaupun dalam pelaksanaan rukyatul hilal tidak terlepas dari hisab.

Acara webinar pembuka aplikasi hisab dan rukyat tersebut berlangsung interaktif dan diikuti 100 peserta di Indonesia dan Jepang. Pelatihan aplikasi hisab dan rukyat di Jepang rencananya akan kembali diadakan pada akhir Maret 2022.

Kontributor : Muhammad Imron dan Sridian

Foto by Arifin