PCINU Jepang Dirikan ISNU Jepang sebagai Wadah Intelektual NU

Tokyo – Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang mengadakan webinar bertema “Urgensi Pembentukan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jepang, Sebuah Kanalisasi Calon Pemimpin Bangsa yang Mampu Merawat Jagat dan Membangun Peradaban”, pada Ahad, (20/3). Acara webinar tersebut bertujuan untuk memotivasi para sarjana di Jepang, sekaligus merupakan ajang pencalonan dan pemilihan ketua ISNU Jepang.

Menurut Achmad Gazali, Ketua PCINU Jepang, pembentukan ISNU digagas pertama kali pada awal tahun 2020. “Pada tahun 2020, kami mengajukan pembentukan ISNU Jepang ke Pengurus Pusat (PP) ISNU di Jakarta, namun dinilai penguatan PCINU Jepang saat itu lebih penting, sehingga pembentukan pengurus ISNU tahun 2020 pun tertunda. Karena saat ini PCINU Jepang sudah mulai kuat dan didukung adanya inisiasi pembentukan ISNU kembali oleh Mustasyar PCINU Jepang, Zahrul Muttaqin, maka PCINU Jepang memfasilitasi kembali pembentukan ISNU Jepang“, kata Gazali.  

Rois Syuriah PCINU Jepang, Abdul Aziz berharap dengan terbentuknya ISNU Jepang dapat memberikan andil dalam rangka lebih meningkatkan kemampuan dari umat Islam di Jepang dalam ilmu pengetahuan khususnya dan umumnya di dunia.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Yusli Wardiatno, mengatakan bahwa pembentukan ISNU Jepang cukup urgent mengingat banyaknya intelektual NU yang ada di Jepang. “Pembentukan ISNU Jepang merupakan pembentukan organisasi intelektual berbasis keagamaan pertama di Jepang“, papar Yusli. Beliau berharap kedepannya ISNU Jepang tidak hanya terbentuk saja, tetapi komitmen dapat bergerak dan membuat suatu terobosan baru.

Muhammad Zahrul Muttaqin, Atase Kehutanan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, sekaligus Mustasyar PCINU Jepang, menyampaikan bahwa ulama NU memiliki ciri khas sikap istiqamah, istifadah, istisyarah, istikharah, dan istighosah. “Al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil kebiasaan baru yang lebih baik, itulah prinsip pengembangan iptek yang juga prinsip para ulama NU sebagai dasar acuan ISNU Jepang“.

Muhammad Aziz, Associate Professor di Universitas Tokyo, sekaligus Mustasyar PCINU Jepang, menekankan bahwa sarjana harus punya identitas dan jati diri, sarjana juga perlu menjadi ahli, dan untuk menjadi ahli membutuhkan serangkaian proses. Beliau berharap ISNU Jepang terus berkembang, memiliki karakter, dan dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk peneliti untuk membuat sesuatu yang lebih.

Melalui proses musyawarah mufakat, terpilih Miftakhul Huda sebagai Ketua ISNU Jepang. Dalam sambutannya, dia mengatakan harapannya agar sarjana NU yang mulai muncul di bidang ilmuwan itu bisa mewarnai peradaban, perkembangan ilmu Sains.“ Seperti halnya di zaman dulu orang NU bisa menguasai di dua sisi bidang ilmu yaitu ilmu Agama dan Sains“.

Kontributor : Rudi dan Laila