Peringatan Hari Pahlawan Nasional Lakpesdam PCINU Jepang dan GP Ansor Jepang : Sejarah Peran Penting Ulama Merebut Kemerdekaan dan Tugas Penting Pemuda Untuk Mengisi Kemerdekaan Menuju Indonesia Emas
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam), Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) Jepang bekerjasama dengan Gerakan pemuda (GP) ansor cabang istimewa Jepang, mengadakan webinar dalam rangka memperingati hari pahlawan nasional, Sabtu (27/11).
Webinar yang bertema “Menapak Pondasi Jihad Kemerdekaan, Membangun Cita Negara Hukum Menuju Indonesia Emas 2045”, menghadirkan pembicara Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, Guru besar Sejarah Universitas Padjajaran Bandung,dan Dr. Luthfi Yazid ,SH,LLM, Rois syuriah PCINU Jepang 2010-2012, sekaligus pendiri Board of Advisor Japan Indonesia Association of British Alumni.
Ketua GP Ansor Jepang, Mohammad Fadil, dalam sambutannya, berharap melalui acara webinar ini, pemuda- pemuda di Jepang, khususnya pengurus GP Ansor dan PCINU Jepang dapat memahami dan memaknai sejarah perjuangan para pahlawan pengetahuan, dan menjadikan pondasi agar tidak salah Langkah dalam bergerak.
Hal senada disampaikan oleh Achmad Gazali, Ketua Tanfidziyah PCINU Jepang, yang menekankan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat jasa para pahlawan. Achmad gazali juga menyampaikan bahwa kedepannya Lakpesdam berkomitmen menyelenggarakan webinar yang membahas isu isu relevan.
Heri Akhmadi, Duta Besar (Dubes ) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Jepang merangkap Negara Federasi Mikronesia sekaligus Mustasyar PCINU Jepang, dalam sambutannya menyampaikan bahwa hari pahlawan adalah momentum tepat untuk bermuhasabah dalam memaknai kemerdekaan dan kebebasan, dan menghargai perjuangan berbagai tokoh termasuk para kyai yang mendedikasikan hidup untuk perjuangan kemerdekaan. Dubes RI juga mengajak warga Indonesia di Jepang untuk mengisi kemerdekaan dengan sebaik baiknya. “Mari keluar dari zona nyaman, berjuang sesuai profesi masing masing,” tutur Heri Akhmadi.
Pembicara pertama, Prof. Ahmad Mansur, menjelaskan tentang sejarah kemerdekaan dan peran ulama dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. “Para ulama punya kenyataan sejarah bahwa tidak ada kekuatan yang bisa melawan penjajah kecuali para ulama,” tutur Prof. Ahmad Mansur.
Beliau juga menjelaskan bahwa, pada tahun 1926, Cokroaminoto menuntut kemerdekaan Indonesia dengan bantuan para ulama, sehingga muncullah gerakan kemerdekaan Indonesia melalui gerakan-gerakan ekonomi, perdagangan, dan Pendidikan. Selanjutnya, pada tahun 1943, ketika Jepang datang ke Indonesia dan membentuk tentara pembela tanah air (PETA), mayoritas dari anggota PETA adalah kaum ahlussunnah wal jamaah (ulama dan santri). Pada saat itu, Jepang juga memberi janji kemerdekaan karena paham kekuatan ulama. Jepang melarang semua organisasi. Membentuk satu organisasi Masyumi di bawah komando KH Hasyim Asyari. Seseorang yang tidak punya senjata, namun KH Hasyim Asyari sebagai seorang ulama punya kekuatan pribadi yang bisa menyatukan rakyat secara kemiliteran.
Senada dengan pembicara pertama, Dr. Luthfi Yazid, selaku pembicara kedua, menyampaikan bahwa kita semua berhutang budi pada para ulama, tokoh pejuang baik muslim dan non muslim yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Beliau juga menekankan tentang tugas penting para penerus bangsa mengontrol kemerdekaan hingga Indonesia emas 2045. Menurut Dr. Luthfi Yazid , saat ini para generasi penerus harus ditempa untuk melawan perang informasi dan digitalisasi. “The new resource if not money in the hand of few but the information in the hand of many, oleh karena itu, kita harus teliti dan rajin membaca untuk menguasai berbagai sumber informasi,” papar Dr. Luthfi Yazid.
Kontributor : Ardhi, SriDian, Elza, Eka