Peringati Nuzulul Quran, Fatayat NU Jepang Kaji Tafsir Ayat Tentang Perempuan

Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Fatayat NU Jepang, menyelenggarakan webinar peringatan Hari Nuzulul Quran dengan tema “Tafsir Ayat-Ayat tentang Perempuan” pada Sabtu 30 Maret 2024. Webinar tersebut mengundang Gus Azuma Muhammad Lc, M. Ag pengasuh pondok pesantren Al Quranniy, Ngunut, Gunungkidul, dan disiarkan secara langsung melalui platform instagram Fatayat NU Jepang.

Azuma selaku pemateri webinar pernah menjadi santri Al Munawwir, Krapyak, dan telah menempuh pendidikan sarjana di Universitas Al Azhar, Cairo serta pendidikan magister di UIN Sunan Kalijaga dengan fokus studi tafsir Ilmu Alquran. Saat dihubungi oleh panitia, beliau menyambut dengan dengan baik dan berkomentar, “Niat saya sekaligus menjalin silaturahmi antar Pengurus Cabang Internasional (PCI), karena kebetulan saya pernah aktif enam tahun berkhidmat di PCI NU Mesir,” kata Azuma. 

“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan kita terhadap Alquran, mengingat Ramadhan merupakan bulan Alquran, sekaligus memperingati turunnya Alquran pertama kali” kata Neti Setiyani, Ketua Panitia webinar dalam sambutannya. Sementara itu, Nafilatul Laily, ketua PCI Fatayat NU Jepang menyampaikan harapannya dalam pelaksanaan webinar ini, “Peringatan Nuzul al-Quran diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperbaiki dan meningkatkan interaksi kita terhadap AIquran, bukan hanya sebagai pembaca pasif tetapi juga bisa menjadi pembaca kritis, dengan mempelajari dan mendalami seluruh kandungan Alquran secara utuh dan komprehensif.” Pemilihan tema ayat-ayat tentang perempuan dilatarbelakangi oleh  mulianya perempuan di dalam Islam, lanjutnya. 

Pada webinar tersebut Azuma memaparkan tafsir surah Al-Mujadilah yang memiliki arti “perempuan pendebat”, yaitu perempuan yang menyampaikan keluh kesahnya kepada Allah, bahwa ia tidak ‘menyerah’ dalam menuntut keadilan atas haknya dan hak anak anaknya serta tidak begitu saja rida atas perilaku suaminya (terkait hukum zihar). 

Azuma juga menyampaikan bahwa perempuan dapat mengupayakan perubahan sosial dengan keberaniannya, dengan upaya seperti melakukan kritik terhadap kenyataan yang ada. Surat Al-Mujadilah merupakan gambaran bagaimana proses transformasi sosial didorong oleh Alquran, serta perempuan sebagai agen aktif perubahan. Namun, apabila upaya yang maksimal belum membuahkan hasil, maka perempuan haruslah berserah dan mengadukan keluh kesahnya pada Allah. Allah tidak akan membiarkan upaya kebaikan terabaikan begitu saja, paparnya. 

“Setiap dari kita mengemban misi transformasi yang dapat kita lakukan dimulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga,” pungkas Azuma pada sesi kesimpulan materi. 

Kontributor: Lina